Kenapa Agama Jadi Gara-gara?
(Dikutip dari Selamat Berteduh)
Allah Bapa yang di sorga,
jiwaku gundah gulana
melihat apa yang terjadi dengan
agama-agama.
Mulai dari lahir sampai ajal
urusan agama sering jadi pengganjal
Sepasang mempelai menikah
maka di hadapan petugas pemerintah
berkumpul sanak saudara kedua mempelai
namun, pencatatan nikah mereka tidak
diterima,
sebab agama mereka tidak diakui
Negara.
Astaga!
Sejak kapan sebuah agama perlu
pengakuan Negara?
Bukankah sejak zaman purba,
sebelum ada Negara
di dunia sudah ada banyak agama
dan tiap orang bebas memilih yang dia
suka?
Lalu dari pernikahan itu lahir
seorang putra,
namun anak ini tidak boleh punya akta,
karena pernikahan orang tua dianggap
tidak ada,
sebab kepercayaan mereka tidak diakui
Negara
Tanpa akta lahir anak ini susah cari
sekolah,
ketika akhirnya masuk, lagi-lagi
agama bikin susah
katanya, tidak ada guru yang mengajar
agama beda.
Lalu, di sekolah muncul aturan busana
agama
Teman sekelas yang semula sama
langsung melihat tembok pembeda;
ini kami, itu mereka.
Hanya gara-gara busana.
Apakah nanti ada sepetu yang berbeda
berdasarkan agama?
Tragedi kematian menimpa sang ibunda,
tetapi di kuburan jenazah tidak
diterima,
katanya, kuburan ini khusus untuk
suatu agama.
Apakah sorga dikotak-kotak menurut
agama?
Dunia mengkotakkan agama,
ikatan cendikiawan pun didirikan
menurut agama
Bagaimana kalau tukang cendol mau
berorganisasi,
apa nanti ada ikatan Cendolwan agama
itu dan ini?
Allah, Bapa Suci,
bukankah tiap agama bermaksud
mendekatkan diri
kepada Engkau Yang Ilahi
dan semua insan yang Kau hargai
tanpa beda dan kecuali?
Tetapi, mengapa demi agama justru
terjadi iri,
emosi, dengki dan benci,
lalu orang saling berkelahi?
Allah berhati pemurah,
bukankah semua agama adalah jalan
anugerah,
tetapi mengapa demi agama orang jadi
marah,
lalu gedung ibadah dirusak dan
dijarah?
Allah yang rahmani,
apakah gerangan yang Engkau rasa di
hati,
melihat massa garang mengacungkan
pedang,
bak lascar perang,
membunuh orang,
sambil meneriakkan nama-Mu dengan
berang?
Allah yang esa,
jiwaku gundah gulana.
Mengapa gara-gara agama
timbul huru-hara dan petaka,
sehingga timbul derita?
Mengapa ada orang yang begitu
tega
menyalahgunakan agama
untuk mencari kuasa
untuk mengumbar angkara murka
untuk menimbulkan bencana?
Bukankah tiap agama dimaksudkan untuk
sejahtera?
Bapa kami di sorga,
Engkau mencintai semua orang sama
rata,
Engkau menerbitkan surya
bagi penganut kepercayaan apa saja,
Engkau menurunkan tirta
bagi orang beragama dan tidak
beragama.
Allah yang rahimi,
jiwaku merasa risi
maka kunaikkan bisik hati
seperti diajarkan Kristus, Anak
Manusia Sejati,
Ampunilah kami akan kesalahan kami
seperti kami juga mengampuni
orang yang bersalah kepada kami.
Amin.
0 komentar:
Posting Komentar