Jumat, 16 Maret 2012

Last Friend (chapter 1)

Diposting oleh Nirmala di 06.37
Tittle             : Last Friend (chapter 1)
Author          : Akochan
Pairing          : Inoo Kei (HSJ), Takaki Yuya(HSJ), , Takaki  Miyako,  Suzuki Ayano, Fujitsu Haruma dan seletingan orang lewat.
Ratting         : PG
Genre           : Romance and friendship*dikit*
Disclaimer    : Member HSj adalah milik Tuhannya dan Ayah Ibunya. Saya tidak berhak memiliki mereka, hanya karakter mereka yang saya ubah. Begitu juga cast lainnya. Ini hanya sebuah fanfic. Please enjoy with it. Jangan lupa di comment. Aku seneng kalo ada yang coment.

Last Friend
(chapter 1)

“Ako-chan bangun!” suara teriakan Okasan terdengar dari lantai bawah. Namun, aku lebih memilih menarik selimut dan mendekap lebih erat diriku di balik selimut itu.
“Hei, gadis pemalas! Bangun!” dari suaranya aku tahu siapa dia,
“Bangun adikku manis!” dan sekarang dia sudah menarik selimut yang melindugiku daari cahaya matahari di luar.
“Aku masih mengantuk nii-chan, lagipula ini hari minggu. Aku tak perlu bangun pagi untuk sekolah” kataku manja dengan mata yang masih tertutup rapat.
“Tapi kau ini anak gadis Ako sayang dan juga aku berniat mengajakmu jalan-jalan” katanya seraya menarik tanganku agar aku bangun.
“Aku malas. Jika nii-chan mengajakku ke mall dan hanya makan diluar. Bosan.” Kini kedua mataku sudah terbuka
“Kali ini bukan ke tempat itu, kau akan senang. Lekas mandi dan bersiap-siap, kutunggu dibawah” katanya seraya mencubit hidungku. “ Dan berdandan yang cantik. Ok” ia berbalik untuk keluar
“Aku sudah cantik nii-chan” seraya melemparkannya sebuah bantal, tapi lemparanku tak menyentuhnya sama sekali.

30 menit kemudian, aku turun ke lantai bawah. Aku mengenakan atasan berwarna biru tua, sebatas paha dan celana jeans hitam ketat dibawah lutut dan sepasang sepatu kets dengan warna sepadan dengan bajuku. Sementara rambutku kubiarkan tergerai…
“Ohayou Okaasan” kucium pipi ibuku.”Ohayou Ako” balasnya
“Ohayou Otousan” aku menyapa ayahku yang sedang membaca koran di meja makan.
”Ohayou nii-chan”
“Ini sudah jam 10 Ako” kakakku menggodaku seraya menyelesaikan sarapannya.
“Tapi ini hari minggu niichan, waktu jam pagi sampai jam 12” kataku bercanda dan duduk di kursi sebelahnya, kemudian ikut sarapan.
“Kalian mau kemana hari ini?” tanya okaasan yang membawa segelas susu untukku.         
“Rahasia.. yang pasti Ako akan senang” Aku menatap kea rah kakakku. ‘sejak kapan niichan jadi suka main tebak-tebakan begini’ pikirku
“Ok. Ayo kita berangkat Ako!”
“Hai! Iterrakimassu okaasan, otousan”
“Itterassai.. hati-hati di jalan ne Akochan, Yuchan”
Kami menaiki mobil Volvo silver milik Yuchan, setelah kami selesai dengan posisi masing-masing , ia segera melajukan mobilnya.
“Niichan, sebenarnya kita akan kemana?” tanyaku di sela-sela perjalanan
“Kau penasaran sekali Ako. Bersabarlah.. ada kejutan untukmu”  aku menatap keluar jendela, percuma saja, Yuchan tak akan memberitahuku. Aku pun membiarkan pikiranku berkelana sendiri.
Tidak lama kemudian Yuchan menghentikan mobilnya. Aku menatap sekitarku. Nampak ada sebuah tulisan besar ‘NARITA AIRPORT’.
“Hah!! Bandara?? Kupikir kau akan membawaku ke pantai, tapi apa yang akan kita lakukan disini?”
“Nanti juga kau akan tahu. Ayo turun” aku mengikuti Yuchan turun dan kami berjalan bersama.
“Heemm… seharusnya sudah sampai” Yuchan berbicara lebih terdengar untuk dirinya.
“Sampai? Siapa yang sampai? Yuchan semakin membuatku penasaran” kataku dan ia hanya tersenyum.
“Hishasiburi Yuyan, Akochan” terdengar suara lembut dari belakangku. Aku berbalik. Aku terkejut melihatnya.
“Inoochan! Ke.. kenapa kau?” kataku masih terkejut.
“Surprise!” kakakku menjawab keherananku
“Aku rindu padamu Keichan. Jahat, kenapa tak bilang padaku” kini aku sudah berada dipelukannya.
“Ini susprise Ako sayang” katanya lembut
“Ehem.. bisakah kalian tahan beberapa saat lagi untuk berpelukan? Ini bandara!!” Yuchan tersenyum menggoda
“Habisnya aku kan kangen padanya!” aku melepaskan pelukanku dan Kei mengacak rambutku
“Ayo kita pergi dari sini” Yuyan mengajak kami ke parkiran tempat mobil kami berada. Aku berjalan menggandeng lengan Kei.
“Bagaimana Ako? Kau senang bukan?”
“Arigatou nii-chan!” aku tersenyum.
Sesungguhnya Kei adalah kekasihku. Ia sahabat Yuchan. Kami resmi menjadi pasangan sejak setahun lalu. Aku sangat mencintainya. Dan kupikir ia juga. Meskipun usia kami berbeda 7 tahun. Niichan lah yang memperkenalkanku padanya. Awalnya Kei hanya bermain ke rumah dan kami bertemu, lalu biasa juga mengobrol sedikit. Tapi ternyata lama-lama kami akrab dan Kei sering mengajakku keluar nonton atau makan. Tanpa sepengetahuan niichan tentunya, karena jika ia tahu, maka ia tidak akan melarang melainkan akan ikut bersama kami dan itu sangat mengganggu. Dan kurasa itu juga yang dipikirkan oleh Kei. Aku heran mengapa niichan tak kunjung memiliki pacar, padahal kata Kei, ia juga cukup popular di kalangan gadis-gadis saat mereka masih kuliah.
Namun, lama-kelamaan niichan tahu akan hal itu. Kupikir ia tidak akan senang soal  kedekatanku dengan Kei, tapi ternyata ia bersikap biasa-biasa saja hanya uring-uringan ketika mengetahui aku dan Kei keluar, tanpa mengajaknya. “Aku niichanmu Ako. Kalau bukan aku, kau tak akan mengenal Kei” hardiknya padaku. Ketika tahu aku keluar dengan Kei saat malamnya. Aku hanya tersenyum polos, tanpa dosa ketika ia marah-marah .
“Kau harus mengajakku, besok-besok” ia mendelik kearahku.
“Hai! Niichan” aku tersenyum ia keluar dari kamarku. Aku menyadari kata-kataku tadi dan tersenyum, tak yakin akan melakukannya.

“Jadi, ini rencana kalian berdua?” aku menatap 2 pria di mobil itu. Oh ya, sekarang kami menuju ke apartemen Kei..
“Hahaha.. bukan Ako. Ini rencana Kei. Aku hanya membantunya.” Jawab kakakku dari arah kemudi
“Kenapa tak mengatakan sebelumnya Kei-chan” tanyaku pada pria yang dibelakang dasbor samping kakakku.
“Ini surprise untukmu, Ako sayang. Hahahah aku ingin buat kejutan” ia tersenyum
“Ini tidak lucu Kei-chan”  aku pura-pura kesal, tapi mau tidak mau aku tersenyum, karena ini memang surprise yang tidak aku duga-duga. Eh, bukankah surprise memang tidak terduga?
“Ok,, jangan brpura-pura cemberut Ako. Kita sudah sampai.” Niichan tahu aku pura-pura kesal dan kurasa Kei juga tahu. Kamu keluar dari mobil. Kei berjalan di depan kami, menarik kopernya dan membuka pintu apartemennya.
“Tadaima” seru Keichan
“Okaeri” jawabku dengan niichan. Ia tersenyum lalu duduk di kursi diikuti oleh niichan. Aku menuju dapur. Meskipun Kei berada di LA beberapa bulan, tapi ia mempercayakan seseorang untuk membersihkan apartemennya, dan nampaknya ia mengabari orang tersebut jika ia akan kembali hari ini karena apartemen ini bersih dan sudah ada persediaan makanan dan minuman di lemari es. Aku mengambilkan minuman soda untuk mereka dan beberapa camilan.
“Arigatou ne Akochan” Kei menerima minuman itu. Aku mengambil posisi duduk di sampingnya.
“Jadi bagaimana pekerjaanmu disana Kei?” tanya Niichan
“Baik-baik saja. Aku menyelesaikannya lebih cepat dari waktu seharusnya dan papa mengizinkanku untuk kembali ke Tokyo tanpa harus menahanku dengan pekerjaan lainnya.”
“Syukurlah. Aku agak terkejut ketika kau mengabarkan akan segera pulang, padahal jadwalnya masih musim semi nanti kau kembali”
“Dead linenya memang begitu. Lagipula aku memang harus cepat kembali, karena…” Kei menggantungkan kalimatnya dan melirik kearahku, aku hanya tersenyum menatapnya.
“Karena sudah ada yang merindukanku disini” lanjutnya
“Jadi Keichan tak rindu padaku?” aku mendelik kearahnya
“Tentu saja ia rindu, bodoh. Jika tidak, ia lebih baik disana dan mendapat wanita bule yang cantik daripada anak ingusan seperti kau!” ejek niichan. Aku semakin kesal mendengar hal itu.
“Ok.. aku harus pergi, ada janji dengan teman.” Niichan bangkit berdiri.
“Eh?” aku menatap kakakku
“Kau disini saja. Biar Kei yang mengantarmu nanti.” Jawab niichan seakan tahu apa yang kumaksud. Aku mengangguk.
“Jya” ia berjalan kearah pintu. Kei mengantarnya sampai di teras. Kemudian ia masuk dan menatapku sambil tersenyum. Aku masih kesal karena kata-kata niichan tadi. ‘Apa Kei juga menganggapku gadis ingusan’ Pikirku. Ia duduk disampingku, menatapku.
“Ada apa?” tanyanya. Aku menatap ke jendela.
“Apa Keichan juga menganggapku seperti apa yang niichan katakana?” tanyaku masih belum menatapnya
“Heh? Apa maksudmu?” ia tidak mengerti pertanyaanku
“Apa keichan juga menganggap bahwa aku masih gadis ingusan?” kini aku menatapnya
“Kenapa bicara seperti itu?” Kei menatapku seolah meminta penjelasan
“Tidak. Hanya saja aku ingin tahu, sebenarnya seperti apa aku dimata Keichan. Apa Keichan hanya menganggapku gadis kecil, karena meski kita sepasang kekasih usia kita berbeda 7 tahun? Aku hanya takut ka..” aku berhenti berkata. Bibir Kei mengunci mulutku, mencium bibirku lembut. Kupejamkan mataku, dan membalas ciumannya. Kurasakan ppiku basah oleh air mata yang tadi sempat ingin keluar. Kei terus menciumku untuk beberapa lama dan tangannya memeluk pinggangku erat dan tangannya yang lain membelai pipiku lembut. Ia melepas ciumannya. Menghapus air mataku dengan jarinya di pipiku.
“Jangan pernah berpikir seperti itu, bagiku Ako adalah wanita. Wanita yang kucintai dan aku tak pernah masalah dengan usia.” Jawabnya lembut. Aku menemukan kesungguhan di matanya. Ia tidak bohong. Kupikir begitu. Ia menarik diriku kepelukannya.
“Berjanjilah untuk selalu berada di sampingku dan jangan ragukan apapun dariku! Ok” ia membelai rambutku. Aku hanya mengangguk dan membenamkan kepalaku di dadanya.

Malam ini Kei mengantarku pulang. Kami tidak keluar bersama.
“Sudah sampai. Istirahatlah” katanya
“Tapi, bukankah Keichan ingin kita keluar mala mini?” aku ingat ucapannya sebelum ke LA, bahwa saat ia kembali nanti, ia ingin malam harinya berjalan-jalan bersamaku.
“Daijobu. Kau perlu istirahat. Kita bisa melakukannya lain kali. Masih banyak waktu”
“Tapi, Keichan..”
“Tak apa Ako sayang, besok aku jemput pulang sekolah”
“Baiklah, Keichan tidak mampir dulu?” tawarku
“Tidak. Kurasa besok saja. Kau perlu istirahat. Besok kau harus sekolah. Jya”
“Jya” aku siap turun dari mobil
“Ako” ia menarik pergelangan tanganku
“Nande?” aku berbalik. Kei mendekatiku, mengecup puncak kepalaku. “Oyasumi Ako” ia tersenyum
“Un.. Oyasumi Keicha. Hati-hati di jalan” aku turun dari mobilnya dan masuk ke rumah.
Aku merutuki diriku sendiri. Untuk apa bertanya seperti itu tadi! Memalukan saja. Tapi itu lebih baik daripada aku terus penasaran. Niichan tampaknya belum pulang. Aku langsung menuju kamarku. Kutenggelamkan diriku di dalam selimut dan mulai memejamkan mataku.

--------------------------------------------------------------
“Ohayou Akochan” sapa gadis berambut sebahu yang adalah sahabatku
“Ohayou Haruchan” aku tersenyum. Hari ini aku datang cukup pagi
“Kau sudah mengerjakan prmu?” tanyanya setelah duduk  di bangku sampingku.
“Un.. sudah. Mau lihat?” tanyaku. Ia hanya tersenyum dan mengangguk
“Arigatou Akochan” ia menerima buku tulis dari tanganku dan segera menggerakkan jarinya untuk menulis pr kimia di buku tugasnya.
“Ne,, haruchan!”
“hmmm?” ia menjawab tanpa mengalihkan matanya dari buku
“Keichan kemarin datang” jawabku
“Heh? Bukankah harusnya masih beberapa bulan lagi?” ia meresponku masih tanpa melihatku
“Ya,, katanya pekerjaannya selesai lebih cepat” kataku yang masih menatap kedepan dan meletakkan tanganku di dagu
“Hei.. tunggu dulu” sekarang Haru berhenti menulis dan menatapku. Aku berbalik ke arahnya
“Bukankah itu bagus. Apa masalahnya?”  lanjutnya kemudian
“Tidak ada. Hanya saja aku merasa ada yang aneh dengan kepulangannya”
“Aneh?”  Haru mengerutkan keningnya
“Entahlah. Mungkin hanya perasaanku saja” jawabku sambil kupaka seulas senyum
“Kau tidak boleh berpikir seperti itu Akko, Inoochan lebih cepat pulang mungkin karena memang pekerjaannya lebih cepat selesai dan ia rindu padamu. Pasti hanya itu alasannya. Sudahlah kau hanya harus senang saja” Haru tersenyum menatapku.
“Un.. arigatou Haruchan. Kau sebaiknya lekas menulis, sebelum sensei masuk.” Kataku dan Haru hanya tersenyum dan segera menulis.
‘Haru benar, harusnya aku tidak berpikir macam-macam’ aku menepis pikiran aneh yang sempat mampir di otakku.

------------------------------------------------
“Tapi Otousan..” suara pria itu terpotong karena suara di seberang telepon lebih tegas dan menghipnotis
“……………………………..”
“Tidak. Otousan sudah berjanji padaku, bahwa waktu beberapa bulan ini kugunakan untuk menyelesaikan segala urusanku disini.” Pria itu mulai menaikkan suaranya.
“……………………………..”
“Ok. Otousan tak berhak ikut campur urusanku selama sisa waktu ini” pria itu terdiam
“………………………………”
“Aku mengerti. Aku tidak akan lari dari Otousan” kini suaranya melemah dan tatapannya hampa. Klik. Hubungan telepon terputus. Pria itu duduk di sofa, menatap ponselnya nanar, tatapannya menunjukkan kesedihan yang ia rasakan.

-----------------------------------------------------------------
“Maaf Keichan, sudah lama?” tanyaku menghampiri lelaki yang bersandar di mobilnya
“Tidak.. aku belum lama kok. Ayo” ia membukakan pintu untukku. Sesaat kami telah berada di mobil
“Kita makan dulu ne, Akochan! Aku lapar” Kei menunjukkan muka manjanya, yang well kuakui itu sangat imut
“Aku mengikut saja. Yang penting Keichan yang traktir” aku tersenyum
“Baiklah, semua milikmu tuan putri” Kei mengacak rambutku
“Kita berangkat” serunya tertawa. Aku ikut tertawa melihatnya begitu. Melihat pria yang kucintai tertawa bersamaku. Kami tiba di sebuah café, tempat yang sering kami kunjungi. Itu karena café ini suasananya tidak gaduh dan menyenangkan. Di café ini juga aku dan Kei resmi menjadi sepasang kekasih. Kami memilih meja di dekat jendela. Ia memanggil pelayan dan kami mulai memesan makanan.
“Ne,, Keichan, sampai kapan berada di Jepang?” tanyaku
Kei menatapku.” Kenapa Akochan? Kau tak senang kekasihmu lama berada disini? Hm?”
“Tidak. Bukan begitu. Aku malah berharap Keichan berada disini selamanya.” Aku memelankan suaraku
“Apa??” Kei menahan senyumnya. Aku tahu ia mendengar apa yang kukatakan. Aku hanya tertunduk malu.
“ne Akochan,” Kei menggenggam tanganku. Aku mengangkat kepalaku menatapnya.
“Aku tak akan kemana-mana” lanjutnya. Tatapannya benar-benar lembut. Rasanya aku ingin menangis saat ini. aku hanya mengangguk. Speechless. Tidak lama makanan kami datang.
“Ok.. itadakimassu” serunya melepas genggaman  tangannya
“Itadakimassu” kami menikmati makanan kami sambil mengobrol dan tertawa bersama.

-----------------------------------------------------
LA
“Nona Suzuki, tuan memanggil anda” seorang pelayan menghampiri gadis yang duduk di tamn. Gadis yang dimaksud menoleh.
“Un.. dimana Otousan?” tanya gadis itu.
“Di ruang keluarga, nona” gadis manis berperawakan sedang itu berjalan dengan anggunnya ke ruang keluarga
“Ohayou otousama”
“Ohayou Ayanochan. Duduklah!”  gadis itu duduk di sofa berhadapan dengan ayahnya.
“ada apa Otousama memanggilku?” tanyanya
“Pertunanganmu ditunda.” Ayano Nampak terkejut mendengar hal itu.
“Ia meminta waktu untuk menyelesaikan urusannya di jepang!” lanjutmpria yang usianya hampir setengah abad itu.
“Tapi, bukankah ini sudah menjadi perjanjian bahwa aku akan bertunangan dengannya akhir bulan ini” Ayano Nampak kurang senang mendengar hal itu.
“Benar sayang. Tapi otousama tak bisa memaksa karena ia berjanji akan tetap bertunangan denganmu hanya waktunya ditunda” jelas pria itu pada putri tunggalnya
“Baiklah,, tak masalah. Tapi, aku ada 1permintaan” Ayano menatap ayahnya, sementara pria itu mengernyitkan
“Aku akan menyusulnya ke Jepang” kata gadis itu tegas.
“Tapi sayang, itu…”
“Aku mohon Otousama.. aku hanya ingin semuanya baik-baik saja sebelum pertunanganku” suara gadis itu memelas.
“baiklah.. kau akan ke Jepang minggu ini”
“Arigatou Otousama” gadis itu tersenyum senang.
“Kau boleh pergi..” pria itu tersenyum. Ayano meninggalkan ruang keluarga.
-------------------------------------------
Bel apartemen Kei Inoo berbunyi, Kei membuka pintu dengan penampilan yang masih acak-acakkan.. ia menatap sosok di depannya..
“Kau?” sementara manusia dihadapannya hanya tersenyum

TBC (To Be Continued)
Minna coment ya.. ditunggu komen nya…

0 komentar:

 

Cuap-Cuap Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea