BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia menerima penjajahan puluhan
tahun lamanya,bahkan Indonesia dijajah selama 3,5 abad oleh Bangsa Belanda.
Siksaan, kelaparan, kemiskinan, bahkan ada yang tewas, semua itu dilalui oleh
Bangsa Indonesia semasa penjajahan Belanda. Berbagai peristiwa termasuk
peperangan juga dilalui oleh Bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaannya.
Setelah mengalami perjuangan yang berat untuk memperoleh kemerdekaan, pada
akhirnya Indonesia dapat mencapai cita-cita kemerdekaannya.
Akan tetapi, perjuangan Indonesia tidak
hanya sampai disitu saja. Di tengah-tengah usaha pemerintah Indonesia menata
kehidupan bangsa kearah yang lebih baik, Belanda terus mencoba berbagai cara
agar dapat kembali menduduki Indonesia dan menjajah serta menguasai berbagai
hasil pangan dan industri milik Indonesia.
Berbagai jalur perundingan telah dilalui
oleh Indonesia dan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan ini. Namun, Belanda
selalu melanggar dan menyerang Indonesia. Akibatnya jalur diplomasi ini tidak
digunakan lagi dan Pemerintah Indonesia melakukan perlawanan bersenjata untuk
mengusir Belanda keluar dari Ibu Pertiwi ini. Salah satu peristiwa perlawanan
bersenjata yakni Bandung Lautan Api. Sekutu yang melakukan ultimatum meminta
rakyat dan TRI meninggalkan Bandung, namun sebelum mengosongkan Bandung mereka
membungihanguskan kota Bandung, hingga dikenal peristiwa ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang yang mendasari terjadinya peristiwa
Bandung Lautan Api?
2. Apa tujuan dari peristiwa Bandung Lautan Api?
3. Bagaimana Rangkaian peristiwa Bandung Lautan Api?
4. Apa dampak-dampak dari peristiwa Bandung Lautan Api?
C. Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan
1. Mengetahui latar belakang peristiwa Bandung Lautan Api
2. Mengetahui tujuan Peristiwa Bandung Lautan Api
3. Mengetahui rangkaian peristiwa Bandung Lautan Api
4. Mengetahui dampak-dampak peristiwa Bandung Lautan Api
b. Manfaat
Agar
para pembaca dapat mengetahui dan mengenal salah satu peristiwa perjuangan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia melawan sekutu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Peristiwa Bandung Lautan
Api
Awal tahun 1900, Bandung sempat
dicalonkan sebagai ibukota Hindia Belanda, dengan rencana memindahkan Batavia
ke Bandung. Maka langkah persiapan itu direncanakan, salah satunya dengan membangun
bangunan-bangunan pemerintahan dan pemukiman dengan rencana tata ruang yang
baik. Sehingga pada kurun waktu tersebut, kota Bandung mengalami pembangunan
yang intensif. Pembangunan itu pun membuat Bandung menyimpan banyak karya
arsitektur bergaya Indo-Eropa.Tetapi karena Jepang mengalahkan Belanda dalam
Perang Dunia Ke-II, akhinya Belanda harus menyerahkan Indonesia kepada Jepang.
Setelah Perang Asia Pasifik
berakhir, sekutu membagi wilayah Asia mejadi beberapa wilayah kekuasaan dan
wilayah Indonesia diserahkan oleh Jendral Terauchi kepada Admiral Lord Louis
Mountbatten pada tanggal 12 September 1945 di Singapura.
Semenjak
Jepang menyerah kepada Sekutu pada Perang Pasifik yang berlanjut dengan
berkumandangnya proklamasi Republik Indonesia tentara Jepang di berbagai kota
di Indonesia mulai dilucuti dan meninggalkan kota. Tentara Sekutu sebagai
pemenang perang pun hadir dengan puluhan ribu tentara untuk mengawasi dan
melucuti tentara Jepang di berbagai kota terutama Jakarta, Semarang dan
Surabaya dengan yang dipimpin oleh tentara Inggris, dikomandoi Gubernur Jendral
Mallaby.
Hadirnya
Sekutu ternyata diboncengi oleh Netherlands Indische Civil Administration
(NICA) yang masih ingin menguasai sebuah negara yang baru merdeka. Perang
Revolusi Indonesia pun terjadi dengan semangat yang jauh lebih besar
sebagai bangsa yang merdeka. Kota Surabaya menjadi pemicu perlawanan terhadap
Sekutu dan NICA. 10 November 1945, tentara dan rakyat Indonesia bertempur
habis-habisan mempertahankan kota hingga satu bulan lebih. Peristiwa tersebut
kita kenang sebagai Hari
Pahlawan.
Semarang pun
tak luput dari usaha pendudukan kembali Belanda. Pertempuran rakyat dan TNI di
Ambarawa pada tanggal 15 Desember 1945 kita kenang dengan sebutan Palagan
Ambarawa.
Bagaimana
dengan Bandung? Bandung memilih jalan damai –ABCD, Anak Bandung Cinta Damai–
meskipun semenjak hari proklamasi Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibentuk,
menyusul bulan Oktober Laskar Wanita Indonesia (LASWI) didirikan, hingga ke
satuan Pelajar Pejuang. Di bidang perjuangan lainnya yaitu jalur
diplomasi Oto Iskandar Di
Nata memimpin cara damai agar Jepang keluar dari Bandung. Di saat yang
sama Sekutu dan NICA juga telah hadir melucuti tentara Jepang dan berusaha
menduduki kota Bandung.
Jalur
diplomasi ternyata belum tentu disukai semua pihak. Tidak hanya Oto yang
dikecam, masyarakat Bandung pun disindir sebagai orang lemah, tak punya
semangat revolusi, tak berani mengangkat senjata, dan banyak sindiran lain
terutama setelah peristiwa 10 November dan Palagan Ambarawa terjadi.
Perjuangan
Oto mengakibatkan Sekutu dan NICA tidak berhasil secara de jure menduduki
kota Bandung, namun Si Jalak Harupat malah diculik oleh Laskar Hitam yang
kabarnya adalah usaha pihak yang tak suka dengan cara Oto di jaman revolusi
tersebut. Musibah lain pun datang, sungai Cikapundung meluap menelan ratusan
korban jiwa. Kesempatan ini dipakai oleh Sekutu dan NICA untuk menggempur kota
Bandung dan menguasainya di akhir November 1945.
Jalan
diplomasi tetap dilakukan, namun corong berani Si Jalak Harupat telah
menghilang diculik bersama Residen Priangan, Walikota dan Ketua Komite Nasional
Indonesia Priangan.
Pada tanggal 21 November 1945, Tentara
Sekutu mengeluarkan ultimatum pertama agar kota Bandung bagian utara
dikosongkan oleh pihak Republik Indonesia selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945. Para
milisi dan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia harus menyerahkan senjata
yang mereka rampas dari Tentara Kekaisaran Jepang. Karena apabila ultimatum
penyerahan tersebut tidak diindahkan, tentara Sekutu akan mengambil tindakan
militer untuk menegakkan tujuan tersebut.
Peringatan
ini tidak dihiraukan oleh pihak tentara Republik. Sejak saat itu sering terjadi
bentrokan senjata dengan tentara Sekutu. Kota Bandung terbagi menjadi dua, Bandung Utara dan Bandung Selatan. Oleh
karena persenjataan yang tidak memadai, pasukan TKR dan para pejuang lainnya
tidak dapat mempertahankan Bandung Utara. Akhirnya Bandung Utara dikuasai oleh
tentara Sekutu.
Pada tanggal 23 Maret1946 tentara Sekutu kembali
mengeluarkan ultimatum ke-2. Mereka menuntut agar semua masyarakat dan pejuang
TKR mengosongkan kota Bandung bagian selatan. Perlu diketahui bahwa sejak 24 Januari 1946, TKR telah
mengubah namanya menjadi TRI.
Demi
mempertimbangkan politik dan keselamatan rakyat, pemerintah memerintahkan TRI
dan para pejuang lainnya untuk mundur dan mengevakuasi Bandung Selatan. setelah
mengadakan musyawarah, para pejuang sepakat untuk menuruti perintah pemerintah.
Tapi mereka tidak mau menyerahkan kota Bandung bagian selatan itu secara utuh.
B. Tujuan Peristiwa Bandung Lautan Api
Setelah
ultimatum pertama oleh Belanda, kota Bandung bagian utara tidak dapat
dipertahankan oleh Tentara Republik Indonesia, akibat kurang memadainya pasokan
persenjataan. Sehingga tentara dan rakyat harus mengosongkan daerah tersebut.
akan tetapi Bandung bagian selatan belum berhasil di kalahkan oleh Belanda.
Oleh karena itu, Belanda mengeluarkan ultimatum kedua pada tanggal 23 Maret
untuk mengusir TRI dan rakyat mengosongkan Bandung selatan. Tetapi ultimatum
itu tidak disambut baik oleh rakyat dan TRI akan tetapi disambut dengan
pertempuran oleh mereka. Saat pertempuran berlangsung pemerintah mengeluarkan
intruksi agar daerah Bandung Selatan dikosongkan. Akan tetapi, TRI berencana
meninggalkan Kota Bandung Selatan dalam keadaan tidak utuh, mereka tidak
mengingini kota Bandung dapat digunakan sebagai markas strategis militer oleh
Belanda. TRI ingin melakukan penghancuran besar-besaran di kota Bandung Selatan
yakni sarana milik Belanda. Tetapi TRI juga melakukan pembakaran terhadap rumah
warga sipil.
Pertempuran
yang paling seru terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana
terdapat pabrik mesiu yang besar milik Sekutu. TRI bermaksud menghancurkan
gudang mesiu tersebut. Untuk itu diutuslah pemuda Muhammad Toha dan Ramdan.
Kedua pemuda itu berhasil meledakkan gudang tersebut dengan granat tangan.
Gudang besar itu meledak dan terbakar, tetapi kedua pemuda itu pun ikut
terbakar di dalamnya
C. Rangkaian Peristiwa Bandung Lautan Api
Awal Mula
Surat Kabar De Waarheid
sebagaimana dikutif Soeara Merdeka Bandung (Juli 1946) memberitahukan bahwa di Downingstreer
10. London, pada awal tahun 1946, Inggris menjanjikan penarikan pasukannya dari
Jawa Barat dan menyerahlan Jawa Barat kepada Belanda, yang selanjutnya akan
menggunakan sebagai basis militer untuk menghadapi Republik Indonesia.
Kesepakatn dua sekutu Inggris
dan NICA (Nederlands Indie Civil Administration) Belanda itu memunculkan
perlawanan heroic dari masyarakat dan pemuda pejuang di Bandung, ketika tentara
Inggris dan NICA melakukan serangan militer ke Bandung. Tentara sekutu berusaha
untuk menguasai Bandung, meskipun harus melanggar hasil perundingan dengan
Republik Indonesia. Saat itu, para
pemuda dan pejuang di Bandung sedang berjuang merebut senjata dari tangan
tentara Jepang. Tentara Sekutu menuntut agar senjata-senjata yang terlah
direbut para pemuda diserahkan kepada mereka.
Tentara sekutu memberikan ultimatum
pertama pada 21 November 1945. Dengan alas an untuk menjaga keamanan, mereka
menuntut agar Kota Bandung bagian utara dikosongkan oleh pihak Indonesia
selambat-lambatnya pada 29 November 1945.
Adapun batas kota bagian utara dan
selatan adalah rel kereta api yang melintasi Kota Bandung. Para pejuang
Republik Indonesia tidak mau mengindahkan ultimatum Sekutu tersebut. Sejak saat
itu, sering terjadi insiden antara pasukan Sekutu dan pejuangf Republik.
Pada 25 November 1945, rakyat Bandung
ditimpa musibah yakni banjir besar akibat meluapnya Sungai Cikapundung. Bencana
alam tersebut menelan ratusan korban yang dihanyutkan derasnya arus
sungai. Ribuan pendudk Bandung juga kehilangan tempat tinggal.
Serangan Tentara Sekutu dan Belanda
Keadaan bururk rakyat bandung tersebut
dimanfaatkan tentara Sekutu dan Belanda atau NICA (Netherland Indies Civil
Administration). Mereka menyerang rakyat yang sedang tertimpa musibah.
Pada 5 Desember 1945 pesawat-pesawat
tempur Inggris mengebom daerah Lengkong Besar. Selanjutnya, pada 21 November
1945, tentara Sekutu kembali menjatuhkan bom di Kota Bandung, tepatnya di
daerah Cicadas.
Tentara Sekutu dan NICA Belanda, yang
menguasai wilayah Bandung Utara (wilayah di utara jalan kereta api yang
membelah kota Bandung dari timur ke baratt), memberikan ultimatum (23` Maret
1946) supaya Tentara Republik Indonesia (TRI) mundur sejauh 11 km dari pusat
kota (wilayah di selatan jalan kereta api dikuasai TRI) paling lambat pada
tengah malam tanggal 24 Maret 1946. Tuntutan itu disetujui Pemerintah
Republik Indonesia di Jakarta, padahal Markas Besar di Yogyakarta telah
memerintahkan TRI untuk mempertahankan setiap jengkal tanah Bandung.
Perintah Pengosongan Kota Bandung
Dari Jakarta, Pemerintah Republik
Indonesia memerintahkan agar TRI mengosongkan Kota Bandung. Mentri Keamanan
Rakyat Mr. Amir Sjarifuddin tiba di Bandung dengan perintah kepada TRI untuk
mengundurkan diri dari Kota Bandung.
Sementara itu, dari Markas TRI di Jogjakarta
datang perintah yang berbeda. Tentara Republik Indonesia diinstruksikan untuk
tidak meninggalkan Kota Bandung.
Walau dengan berat hati, TRI di Bandung
akhirnya mematuhi perintah dari Jakarta. Akan tetapi, sebelum meninggalkan Kota
Bandung, para pejuang Republik melancarkan serangan kea rah kedudukan-kedudukan
tentara Sekutu.
Bandung Lautan Api
Selain menyerang kedudukan tentara
sekutu, para pejuang juga membumihanguskan Kota Bandung bagian selatan.
Pembumihangusan Kota Bandung tersebut diputuskan melalui Musyawarah Majelis
Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) pada 24 Maret 1946
Keputusan musyawarah tersebut diumumkan
oleh Kolonel Abdoel Haris Nasoetion selaku Panglima Divisi III/Periangan.
Beliau juga meminta rakyat untuk meninggalkan kota.
Pada siang tanggal 24 Maret
1946, TRI dan masyarakat mulai mengosongkan Bandung Selatan dan mengungsi ke
selatan kota. Pembakaran diawali pada pukul 21.00 di Indisch Restaurant di
utara Alun-alun (BRI Tower sekarang). Para pejuan dan masyarakat membakari bangunan
penting di sekitar jalan kerata api dari Ujung Berung hingga Cimahi. Bersamaan
dengan itu, TRI melakukan serangan ke wilayah utara sebagai “upacara”
pengunduran diri dari Bandung, yang diiringi kobaran api sepanjang 12 km dari
timur ke barat Bandung membara bak lautan api dan langit memerah mengobarkan
semangat juang.Saat itu,
listrik di Kota Bandung juga mati.
Pasukan sekutu pun mulai menyerang.
Pertempuran sengit terjadi karena para pejuang Republik memberikan perlawanan
hebat. Di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, pertempuran paling dahsyat
terjadi. Di Dayeuhkolot terdapat gudang mesiu yang dikuasai sekutu.
Pihak Rebublik bermaksud menghancurkan
gudang mesiu tersebut. Dua orang pemuda, Muhammad Toha dan Muhammad Ramdan
diutus untuk meledakkan gudang mesiu di Dayeukolot tersebut. Dua pemuda
pemberani tersebut berhasil melaksanakan tugas berat itu.
Mereka meledakkan gudang mesiu dengan
granat tangan. Akan tetapi, Muhammad Toha dan Muhammad Ramdan ikut terbakar
bersama gudang mesiu yang mereka ledakkan. Semula, staf pemerintah Kota Bandung
memutuskan akan tetap tinggal di dalam kota. Namun, demi keselamatan mereka
ikut keluar kota pada pukul 21.00
Sekitar pukul 24.00 Bandung Selatan telah
dikosongkan dari penduduk dan Tentara Republik Indonesia. Akan tetapi, api
masih membakar kota. Kota Bandung telah berubah menjadi lautan api.
D. Dampak Peristiwa Bandung Lautan Api
Dampak terhadap Rakyat Indonesia :
Peristiwa Bandung Lautan Api ini
memberikan kerugian yang sangat besar bagi masyarakat Bandung, karena kerusakan
infrastruktur yang terjadi akibat peristiwa itu. Oleh karena rumah rakyat sipil
juga terbakar sehingga menyebabkan kerugian bagi rakyat.
Dampak terhadap Sekutu :
Dampak yang ditimbulkan oleh aksi bumi
hangus dari para “pahlawan” itu terhadap gerak ofensif sekutu sama sekali
bukanlah rintangan. Gerak ofensif sekutu yang membangun basis disekitar Bandung
Utara tidaklah mendapat hambatan dari bangunan-bangunan yang dibakar. Karena
sudah sejak sebelumnya sekutu memang berencana menggempur daerah Bandung
sebelah selatan yang merupakan basis Tentara Republik Indonesia. Dan sekutu
tidak banyak dirugikan atas aksi pembakaran tersebut. Selain itu pula,
bangunan-bangunan besar buatan masa kolonial dengan tembok dan struktur
bangunannnya yang kokoh yang dicoba untuk diledakan dengan peledak buatan lokal
oleh pihak TRI ternyata tidak menghasilkan kerusakan yang berarti. Dalam
beberapa pekan kemudian bangunan-bangunan itu sudah bisa dipergunakan kembali.
Selain itu, NICA
Belanda berhasil menguasai Jawa Barat sepenuhnya melalui Perjanjian Renville
(17 Januari 1948) yang menekan Pemerintah Republik Indonesia untuk mengosongkan
Jawa barat dari seluruh pasukan tentara Indonesia, menyusul kegagalan agresi
militer 20 Juli – 4 Agustus 1947. NICA melanggar`gencatan senjata dan terus
menggempur basis pertahanan tentara Indonesia hingga Januari 1948. Pasukan
Indonesia (Divisi Sliwangi) terpaksa hijrah ke Jawa Tengah pada`tanggal 1 – 22
Pebruari 1948.
BAB III
P E N U T U P
A. KESIMPULAN
1. Peristiwa Bandung Lautan Api di latar
belakangi oleh adanya ultimatum dari sekutu yaitu sekutu meminta TRI dan rakyat
Bandung Utara dan Selatan untuk mengosongkan dan menyerahkan seluruh senjata
rakyat kepada sekutu namun permintaan itu di tolak dengan menyambut ultimatum
itu dengan pertempuran. Namun pada saat pertempuran berlangsung Pemerintah
Republik Indonesia mengeluarkan intruksi agar TRI untuk mengosongkan kota
Bandung. Tetapi sebelum menggalkan kota Bandung TRI dan Rakyat membumihanguskan
kota Bandung Selatan.
2. Peristiwa Bandung Lautan Api terjadi
dengan tujuan TRI yang tidak ingin meninggalkan Kota Bandung dalam keadan utuh
dan dapat di gunakan sebagai markas strategis militer oleh Belanda dengan cara
melakukan penghancuran secara besar-besaran di kota Bandung Selatan terutama
sarana milik belanda salah satunya yaitu gudang mesin milik belanda.
3. Berawal dari sekutu yang memasuki
bandung, dan mengeluarkan ultimatum pertama untuk melakukan perintah pengosongan
di Bandung utara. Selanjutnya ultimatum kedua di Bandung Selatan. Perintah itu
ditolak oleh rakyat dan TRI dan disambut dengan pertempuran. Tetapi saat
pertempuran berlangsung pemerintah melakukan instruksi agar rakyat dan TRI
mengosongkan daerah tersebut. TRI berencana untuk meninggalkan Bandung selatan
dalam keadaan tidak utuh sehingga tidak digunakan sebagai markas militer
Belanda, oleh karenanya mereka membumihanguskan Bandung selatan yang dikenal
dengan peristiwa Bandung Lautan Api.
4. Peristiwa Bandung Lautan Api tidak hanya
berdampak bagi Rakyat Bandung tetapi juga berdampak bagi Sekutu yaitu:
·
Dampak terhadap Rakyat
Indonesia berupa banyakx infrastruktur dan rumah warga sipil yang rusak dan
lenyab akibat kebakaran yang terjadi sehingga menimbulkan kerugian bagi Rakyat
Bandung
·
Dampak terhadap Sekutu
tentang peristiwa Bandung lautan Api tidak begitu besar karena
bangunan-bangunan yang di bangun oleh pemerintah kolonial sangat kokoh dan
hanya di hancurkan dengan peledak buatan local sehingga kerusakan yang
terjadi tidak begitu berarti dan untuk memperbaiki apa yang rusak dapat
di lakukan dalam waktu yang cepat dan bangunan tersebut dapat di gunakan kembali
B. SARAN
Bandung
lautan api merupakan tragedi yang terkenal dalam kehidupan masyarakat sejak
zaman orde lama, namun seiring dengan berjalannya waktu, sejarah terebut mulai
dan sedikit demi sedikit sirna. Hal ini dapat dipengaruhi oleh bertambahnya
teknologi dan media-media hiburan yang menyajikan hal-hal yang tidak ada
sangkut pautnya dengan peristiwa-peristiwa penting dan bersejarah yang salah
satunya adalah tragedi “Bandung lautan api”. Oleh karena itu, kepada para
pengguna media-media modern, walaupun zaman telah berganti dan bertambah
modern, jangan melupakan sejarah-sejarah bangsa Indonesia dan dengan
adanya fasilitas media yang yang canggih, diharapkan sejarah bangsa Indonesia
dapat dengan mudah diketahui dengan cara menyebar luaskan sejarah tersebut.
Pemerintah yang lebih berwenang mengeluarkan media-media informasi mengenai
pendidikan khususnya sejarah, kiranya dapat mengelurkan media atau fasilitas
(buku, artikel, informasi internet) yang dapat menjadi jembatan untuk
mengetahui sejarah Indonesia itu sendiri dalam bentuk sajian yang menarik.
Untuk semua pihak, dapat bekerjasama untuk melestarikan sejarah bangsa
Indonesia sebagai salah satu wujud dari rasa nasionalisme dan menghargai jasa
para pahlawan pembela tanah air terdahulu.
1 komentar:
Thanks for your information =))
Posting Komentar